Sejarah
Terjadinya Inflasi
Zimbabwe, negara yang dulu pernah
menjadi pengekspor pangan dan termasuk salah satu negara makmur di Afrika, kini
menderita hyper-inflasi, krisis politik, dan wabah kolera.
Dulu saat Robert Mugabe memerdekakan negerinya
dari Inggris pada 1980, nilai Z$ 1 setara dengan 1 Poundsterling. Namun
sekarang, Zimbabwe tengah menghadapi masalah inflasi yang semakin menjadi-jadi.
Pada tahun 2006 inflasi mencapai 1.200%, 2007 mencapai 66.212%, dan yang lebih
ngeri lagi inflasi di tahun 2008 mencapai 2.200.000%. Suatu tingkat inflasi
yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya sekaligus merupakan inflasi
tertinggi di dunia.
Meskipun ekonomi tumbuh rata-rata lebih dari 4% per
tahun antara 1980-1990. Dekade berikutnya melihat pertumbuhan yang lebih, tapi
ini semua berubah pada tahun 2000. Disinilah merupakan titik balik utama bagi
perekonomian mereka. Pertanian merupakan ekspor utama Zimbabwe, dan banyak
peternakan yang sebelumnya memproduksi dan mengekspor tanaman di luar negeri
kini dialihkan ke tangan orang lain, dalam banyak kasus, peternakan mereka
berada di tangan pejabat pemerintah yang tidak tahu bagaimana bertani. Inflasi
pada tahun 2000 di Zimbabwe lebih dari 55%, tetapi hanya satu tahun kemudian
pada tahun 2001 inflasi telah mencapai lebih dari 112%. Tanah terus
didistribusikan, modal terbang keluar negeri. Investor kehilangan kepercayaan
yang diinvestasikan ke Zimbabwe, dan tidak ingin mengambil risiko memiliki
modal mereka terikat dengan rezim Mugabe. Inflasi pada tahun 2003 adalah 598%.
Dolar Zimbabwe mulai runtuh. Dengan barang esensial yang diimpor ke Zimbabwe,
serta melemahnya mata uang mereka membuat produk lebih mahal untuk dibeli
seperti makanan dan tempat tinggal. Pada tahun 2006, Dr Gideon Gono, kepala The
Reserve Bank of Zimbabwe, melakukan 're-evaluasi, "di mana mata uang baru
akan dicetak. Dolar 'Baru' itu bernilai sekitar 1000 dolar. Inflasi pada tahun
2006 adalah 1.281%. Angka itu terus bertambah hingga mencapai angka 2.2juta%
pada tahun 2008. Angka ini amat-sangat mencengangkan, nilai mata uang Zimbabwe
sangat kehilangan daya belinya.
Jatuhnya perekonomian negeri ini, dipicu oleh
mismanajemen dan korupsi rezim Mugabe.
Negara itu selama 1998-2002 juga terlibat perang dengan Republik Kongo, hingga
menguras biaya ratusan juta dolar Amerika. Situasi kian parah setelah Mugabe
menerapkan program reformasi lahan yang ngawur. Pada tahun 2000, diktator itu
mengambil alih secara paksa lahan pertanian petani kulit putih untuk
didistribusikan ke petani kulit hitam. Kebijakan ini menyebabkan 4.000 petani
kulit putih kehilangan lahan. Di lain sisi warga kulit hitam tidak memiliki
persediaan benih, pupuk, dan bahan bakar yang cukup. Zimbabwe terpaksa
mengimpor biji pangan dari Afrika Selatan, Zambia, dan Malawi.
Sejak itu, ekonomi Zimbabwe terjun bebas. Ekspor
pertanian, khususnya tembakau, turun drastis. Ini terjadi karena lahan tembakau,
yang pada 1999-2000 luasnya 180 ribu hektare, menciut menjadi sepertiganya pada
2007-2008. Lahan kacang kedelai untuk kurun waktu yang sama amblas 100 ribu
hektare dari luas semula sekitar 220 ribu hektare, dan pertanian jagung anjlok
dari 850 ribu hektare tinggal 500 ribu hektare.
Mugabe menuduh isolasi finansial yang masif yang
dilakukan Amerika, Inggris, dan Uni Eropa melalui Zimbabwe Democracy and
Economic Recovery Act (ZDERA) tujuh tahun lalu menjadi biang kerok tingginya
inflasi negara itu. Menurut Mugabe, melalui ZDERA, Amerika melakukan berbagai
upaya ke Dana Moneter Internasional dan lembaga keuangan lain untuk membatalkan
kucuran utang buat Zimbabwe. Sanksi ini diberikan karena Zimbabwe terlibat
perang dengan Kongo. Ia bahkan menuding Inggris berada di balik inflasi yang
mengguncang negeri itu. Pria 84 tahun ini juga menyerang kaum oposisi sebagai
boneka Inggris dan Amerika.
Golongan Inflasi
Inflasi Negara Republik Zimbabwe sudah
mencapai pada titik Hyper-Inflation. Krisis keuangan di
Zimbabwe beberapa tahun lalu telah membuat mata uang lokal akhirnya dihapus.
Bank sentral Zimbabwe saat ini sudah menyediakan US$20 miliar untuk ditukar
dengan mata uang lokal. Inflasi besar-besaran Zimbabwe pada tahun 2009 telah
membuat kondisi ekonomi negara di benua Afrika tersebut hancur.
Dikonfirmasi bank sentral Zimbabwe, awal tahun 2015 ini, US$1
nilainya setara dengan 35 kuadriliun dolar Zimbabwe. Jika ditulis dengan angka
lengkap adalah maka US$1 sama dengan 35.000.000.000.000.000 Dollar Zimbabwe.
Sedangkan untuk mata uang Zimbabwe kuno, memerlukan 250.000 triliun untuk
mendapatkan US$1. Saat terjadi inflasi parah, Bank Sentral Zimbabwe pernah
mencetak uang kertas pecahan 100 triliun. Uniknya, uang sebanyak itu tidak akan
cukup untuk membayar ongkos bus selama satu minggu.
Kebijakan dalam Mengatasi
Inflasi
Jika Indonesia baru mempelajari rencana
untuk melakukan redenominasi mata uang, Zimbabwe sudah melaksanakannya mulai 1
Agustus 2010. Tak tanggung-tanggung, Bank Sentral Zimbabwe meredenominasi
dengan mengubah uang 10 miliar dolar Zimbabwe menjadi 1 dolar Zimbabwe atau
menghilangkan 10 angka nol.
Gubernur Bank Sentral Zimbabwe Gideon Gono
mengatakan kebijakan redenominasi ini dilakukan untuk membantu masyarakat
keluar dari hiper inflasi yang terjadi di negara tersebut.
"Dolar Zimbabwe diredenominasi menjadi
1 sampai 10 dolar, yang artinya menghilangkan 10 angka nol dalam nilai nominal
uang. Jadi uang 10 miliar dolar Zimbabwe diubah menjadi 1 dolar Zimbabwe mulai
1 Agustus 2010," tutur Gideon seperti dikutip dari Reuters, Selasa (3/8/2010).
Namun para analis merasa pesimistis dengan
rencana ini. Mereka menilai kebijakan redenominasi ini tidak akan bisa
mengakhiri kehancuran ekonomi negara tersebut yang disebabkan inflasi maha
tinggi yaitu sebesar 2,2 juta persen. Ini merupakan inflasi tertinggi di dunia
karena keterbatasan suplai makanan dan uang valas. "Kebijakan ini (redenominasi) hanya sebuah jalan
keluar untuk menghilangkan banyaknya angka nol dalam mata uang mereka. Namun
kebijakan ini tidak mengatasi akar dari masalah," ujar konsultan ekonomi
John Robertson. Menurutnya, permasalahan
yang dihadapi oleh negara tersebut adalah kelangkaan arus dana masuk atau
investasi dari luar.
Daftar Pustaka:
4.
http://finance.detik.com/read/2010/08/03/201531/1413059/5/kisah-zimbabwe-redenominasi-10-miliar-dolar-jadi-1-dolar